Sabtu, 17 Januari 2009

PROSES KADERISASI FORMAL PMII

Posted by Alumni STAI Kapuas 23.22, under | No comments

MAPABA PMII

Jika mencermati harapan, yang tertulis dalam buku biru, terhadap peserta Mabapa, tampaknya terdapat harapan yang berlebihan. Bagi saya, harapan yang pantas diembankan pada peserta Mapaba adalah mereka cukup tahu ada organisasi yang bernama PMII, tahu latar belakang PMII, tahu yang diperjuangkan oleh PMII, dan mereka bersedia untuk berjuang bersama PMII. Dengan target itu, sepertinya forum Mapaba sudah cukup pas. Jika beban harapan terhadap para peserta Mapaba melebihi itu, forum Mapaba diperkirakan tidak lebih 50% bisa mencapainya. Begitu juga follow up-nya, bahwa harapan untuk menjadikan kader pasca mapaba mempenyai pendekatan fakultatif adalah mimpi yang tak membumi. Terlalu banyak kendala yang dihadapi. Justru, menurut saya, mereka cukup perlu dibekali keterampilan-keterampilan dasar berorganisasi yang universal.
a. Pertama : Keterampilan mengoperasikan microsoft office (word, excel, dan power point), sekaligus cara membuat surat-surat resmi versi PMII dan cara pencatatan pembukuan versi PMII (buku agenda surat, buku keuangan, dan seterusnya).
b. Kedua : keterampilan teknik memimpin rapat (kecil), sidang, dan teknik mengambil keputusan.
c. Ketiga : Keterampilan menyelenggarakan kegiatan (even organizer), yang mempelajari tentang teknik perencanaan kegiatan, teknik mencari dan mengelola keuangan, teknik mengundang atau menghadirkan narasumber, dan sebagainya.

Setidaknya, ketiga keterampilan dasar ini akan memberikan panduan penting di masa-masa selanjutnya, baik di PMII maupun di luar PMII, seperti kantor tempat kelak mereka bekerja. Di sinilah, PMII akan benar-benar mendidik kadernya sebagai organisator. Bagi peserta yang sudah bisa, akan beri sertifikat resmi dari PMII. Dan sertifikat ini menjadi syarat mutlak bagi kader yang ingin men(di)calonkan diri sebagai ketua rayon atau komisariat. Ketiga keterampilan dasar ini wajib diselenggaran oleh pengurus komisariat. Dan pengurus besar wajib menyediakan silabus materi hingga petunjuk teknis pelaksanaannya, baik secara online maupun cetak.

Selain ketiga hal tersebut di atas, seorang kader yang pernah mengikuti Mapaba diharapkan dan didorong untuk mengikuti diskusi-diskusi yang diselenggarakan oleh PMII maupun instansi lain, termasuk kampusnya. Bagaimanapun, kader PMII bukanlah kader yang kuper terhadap berbagai isu-isu besar, baik isu akademis, maupun isu populer. Untuk itu, pengurus rayon atau komisariat perlu menyelenggarakan diskusi-diskusi kecil mingguan yang bisa dengan membedah opini dalam koran, bisa juga masalah yang berkembang di sekelilingnya, misalnya, tentang temuan hasil penelitian yang diselenggarakan oleh kampusnya, maupun hal-hal menarik yang muncul di sekitar kampusnya, seperti, kecenderungan aktivitas mahasiswa di tempat tersebut menurut pandangan kader-kader PMII dan sebagainya.


PKD PMII

Pada tahap selanjutnya, yakni Pelatihan Kader Dasar, kader PMII baru diperkenalkan tentang gagasan-gagasan besar PMII tentang kemahasiswaan, keislaman, dan keindonesiaan secara serius. Berbicara tentang gagasan, tentu saja berbicara tentang pemikiran, konsep-konsep, dan teori. Seseorang yang mampu berbicara tentang pemikiran, konsep dan teori bukanlah manusia biasa. Mereka adalah orang-orang, yang paling tidak, punya kebiasaan membaca buku setidaknya satu jam dalam seharinya. Mereka adalah orang-orang, yang paling tidak, terbiasa berdiskusi serius selama, setidaknya, satu jam setiap harinya. Untuk itu, seorang kader yang ingin mengikuti PKD adalah orang-orang yang berbakat, atau telah diarahkan mempunyai kebiasaan-kebiasaan membaca buku atau berdiskusi. Untuk itulah, peserta PKD mulai cukup bisa diharapkan lebih.

Para kader yang telah mengikuti PKD, menurut harapan saya, adalah orang-orang yang telah memakai kacamata PMII untuk melihat dunia. Bagaimana pun kondisi masyarakat, mahasiswa, bangsa dan negara Indonesia, dan umat Islam, serta umat manusia seluruhnya akan menjadi menarik kalau dilihat dengan cara pandang yang telah diajarkan oleh PMII, apapun dimensi atau bidangnya. Bagaimana Nilai Dasar Pergerakan (NDP) mampu dioperasionalkan untuk melihat fakta-fakta sosial, bagaimana konsep Aswaja bisa menangkap fenomena-fenomena yang ada, dan seterusnya. Bisa dikatakan, masa-masa PKD adalah masa-masa pemikiran seorang kader PMII, masa-masa pembentukan nalar kritis seorang kader PMII, dan masa-masa membuat gelisah seorang kader PMII terhadap realitas yang dihadapinya. Untuk itu, pada saat yang demikian, pendidikan epistimologi menjadi penting, dan metode analisa sosial adalah kebutuhan yang niscaya. Namun demikian, forum PKD masih belum cukup untuk mengharapkan seorang kader menjadigemilang, karena forum PKD sangatlah terbatas, sehingga mereka cukup dirangsang untuk mencapai gagasan ideal seorang kader yang bisa mengenakan kacamata PMII dalam melihat persoalan.

Agar seorang kader PMII yang telah mengikuti PKD bisa mengenakan kacamata PMII dengan baik dan ukuran lensa yang tepat, biar tidak pusing, seorang kader tersebut harus dan wajib mengikuti pelatihan-pelatihan dasar dunia pemikiran.
Pertama, mereka harus mengikuti pelatihan epistemologi. Kedua, pendidikan teori-teori dasar ilmu sosial dan/ ilmu alam. Ketiga mengikuti pendidikan usuluddin dan usul fiqh. Dan keempat, pelatihan perencanaan strategis. Setidaknya, dengan keempat alat ini, kader PMII mempunyai dasar-dasar pemahaman keilmuan yang kokoh dan sekaligus mampu merencankan program-program atau agenda-agenda strategis. Dan sebagaimana halnya, follow up pasca Mapaba, mereka juga akan menerima sertifikat resmi dari PMII, yang akan menjadi persyaratan bagi seorang kader yang ingin men(di)calonkan sebagai ketua umum cabang setempat.


PKL PMII

Sedangkan tahap terakhir, PKL adalah benar-benar masa akhir studi seorang kader di dunia pendidikan PMII. Secara teknis organisasi telah mereka capai, secara pemikiran dan ideologi PMII telah tertanam, tinggal mengembangkan pada wilayah-wilayah spesifik yang hendak ditekuni oleh seorang kader, seiring dengan kematangan usianya dan tuntutan dunianya, dunia profesional. Kiranya, bekal yang perlu diberikan pada manusia PMII yang dewasa ini adalah masalah negosiasi, riset (penelitian), dan pendidikan kekhususan disiplin, seperti masalah ekonomi, sosial, agama, teknorkasi, hukum, politik, dan sebagainya, sesuai dengan kecenderungan masing-masing.

Saya kira, dengan sistimatika ini, kader PMII yang benar-benar sesuai dengan
target manusia ulul albab bisa terwujud. Semoga. (ar_rasyidi)

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan klik disini