Minggu, 20 September 2009

Mencari Alasan

Posted by Alumni STAI Kapuas 11.34, under | No comments


Exist – Mencari Alasan


iklasnya hati sering kali disalah arti

tulusnya cinta tidak pernah engkau hargai

berlalu pergi dengan kelukaan ini

ku mengalah ku bersalah


berpaling muka bila saling bertatap mata

seolah kita tiada pernah saling menyinta

mencari sebab serta mencari alasan

supaya tercapai hasratmu


manis di bibir memutar kata

malah kau tuduh akulah segala penyebabnya

siapa terlena pastinya terpana

bujuknya rayunya suaranya

yang minta simpati dan harapan




dengan pengunduran diriku

tetapi bagi diriku suatu ketenangan

andainya kita terus bersama

belum tentu kita bahagia

selama tidak kau rubah cara hidupmu


ada baiknya bila tidak lagi bersama

terasa jauh kini ku kini dengan dosa

aku tinggalkan walau tanpa kerelaan

yang nyata kau tidak mengubah



Lirik lagu Exist – Mencari Alasan ini dipersembahkan oleh LirikLaguIndonesia.Net. Kunjungi DownloadLaguIndonesia.Net untuk download MP3 Exist – Mencari Alasan.


Sabtu, 21 Februari 2009

Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah

Posted by Alumni STAI Kapuas 04.14, under | No comments

Sejarah Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah

Sebenarnya sistem pemahaman Islam menurut Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah hanya merupakan kelangsungan desain yang dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW dan Khulafaur-rasyidin. Namun sistem ini kemudian menonjol setelah lahirnya madzhab Mu’tazilah pada abad ke II H.

Seorang Ulama’ besar bernama Al-Imam Al-Bashry dari golongan At-Tabi’in di Bashrah mempunyai sebuah majlis ta’lim, tempat mengembangkan dan memancarkan ilmu Islam. Beliau wafat tahun 110 H. Di antara murid beliau, bernama Washil bin Atha’. Ia adalah salah seorang murid yang pandai dan fasih dalam bahasa Arab.

Pada suatu ketika timbul masalah antara guru dan murid, tentang seorang mu’min yang melakukan dosa besar. Pertanyaan yang diajukannya, apakah dia masih tetap mu’min atau tidak? Jawaban Al-Imam Hasan Al-Bashry, “Dia tetap mu’min selama ia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi dia fasik dengan perbuatan maksiatnya.” Keterangan ini berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits karena Al-Imam Hasan Al-Bashry mempergunakan dalil akal tetapi lebih mengutamakan dalil Qur’an dan Hadits.

Dalil yang dimaksud, sebagai berikut; pertama, dalam surat An-Nisa’: 48;

اِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُاَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُمَادُوْنَ ذلِكَ ِلمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِافْتَرَى اِثْمًاعَظِيْمًا النساء : 48

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa seseorang yang berbuat syirik, tetapi Allah mengampuni dosa selian itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang mempersekutukan Tuhan ia telah membuat dosa yang sangat besar.”

Kedua, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

عَنْ اَبِى ذَرٍ رَضِىَاللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتِانِى اتٍ مِنْ رَبىِ فَأَخْبَرَنِى اَنَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ اُمَّتِى لاَيُشْرِكُ بِاللهِ دَخَلَ اْلجَنَّةَ. قُلْتُ: وَاِنْ زَنىَ وَاِنْ شَرَقَ. قَالَ وَاِنْ زَنىَ وَاِنْ سَرَقَ رواه البخارى ومسل

“Dari shahabat Abu Dzarrin berkata; Rasulullah SAW bersabda: Datang kepadaku pesuruh Allah menyampaikan kepadamu. Barang siapa yang mati dari umatku sedang ia tidak mempersekutukan Allah maka ia akan masuk surga, lalu saya (Abu Dzarrin) berkata; walaupun ia pernah berzina dan mencuri ? berkata (Rasul) : meskipun ia telah berzina dan mencuri.” (Diriwayatkan Bukhari dan Muslim).

فَيَقُوْلُ وَعِزَّتِى وَجَللاَ لِى وَكِبْرِيَانِى وَعَظَمَتِى لأَُخْرِجَنَّ مِنْهَا مَنْ قَالَ لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ. رواه البخارى

“Allah berfirman: Demi kegagahanku dan kebesaranku dan demi ketinggian serta keagunganku, benar akan aku keluarkan dari neraka orang yang mengucapkan; Tiada Tuhan selain Allah.”

Tetapi, jawaban gurunya tersebut, ditanggapi berbeda oleh muridnya, Washil bin Atha’. Menurut Washil, orang mu’min yang melakukan dosa besar itu sudah bukan mu’min lagi. Sebab menurut pandangannya, “bagaimana mungkin, seorang mu’min melakukan dosa besar? Jika melakukan dosa besar, berarti iman yang ada padanya itu iman dusta.”

Kemudian, dalam perkembangan berikutnya, sang murid tersebut dikucilkan oleh gurunya. Hingga ke pojok masjid dan dipisah dari jama’ahnya. Karena peristiwa demikian itu Washil disebut mu’tazilah, yakni orang yang diasingkan. Adapun beberapa teman yang bergabung bersama Washil bin Atha’, antara lain bernama Amr bin Ubaid.

Selanjutnya, mereka memproklamirkan kelompoknya dengan sebutan Mu’tazilah. Kelompok ini, ternyata dalam cara berfikirnya, juga dipengaruhi oleh ilmu dan falsafat Yunani. Sehingga, terkadang mereka terlalu berani menafsirkan Al-Qur’an sejalan dengan akalnya. Kelompok semacam ini, dalam sejarahnya terpecah menjadi golongan-golongan yang tidak terhitung karena tiap-tiap mereka mempunyai pandangan sendiri-sendiri. Bahkan, diantara mereka ada yang terlalu ekstrim, berani menolak Al-Qur’an dan Assunnah, bila bertentangan dengan pertimabangan akalnya.

Semenjak itulah maka para ulama’ yang mengutamakan dalil al-Qur’an dan Hadits namun tetap menghargai akal pikiran mulai memasyarakatkan cara dan sistem mereka di dalam memahami agama. Kelompok ini kemudian disebut kelompok Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah. Sebenarnya pola pemikiran model terakhir ini hanya merupakan kelangsungan dari sistem pemahaman agama yang telah berlaku semenjak Rasulullah SAW dan para shahabatnya.

Ahlu Sunnah wa al-Jamaah Sebagai Manhaj al-Fikr atau Mazhab?

Berfikir jernih, luwes dan kreatif tanpa tedeng aling-aling adalah sebuah cita-cita luhur intelektual muda NU yang menyerap banyak literatur baru dalam hidupnya. Sebuah usaha yang mendapat kecaman hebat dari para kyai berkaitan dengan tradisi lama yang dibangun.

Konsep Ahlussunnah wal Jama’ah adalah satu dari banyak objek pemikiran yang ingin dilacak kebenarannya oleh intelektual muda tersebut. Benarkah pemahaman Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah kita saat ini? Adakah ia sebuah tradisi yang tak bisa diberantas (Aqidah) atau hanyalah sebuah pemikiran yang debatable?

Apapun ia, tentunya menjadi sebuah hal yang unik dan menarik untuk dibicarakan. Betapa tidak? Ketika para intelektual muda NU bergeliat mencari makna kebenaran Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah yang dikultuskan dan menjadi unthoughtable para kiai justru akhirnya merasa terancam eksistensinya. Ada apa dibalik semua ini? Said Aqil Siradj, seorang pemikir muda NU yang banyak menyoroti tentang hal ini dan akhirnya mendapatkan nasib yang sama dengan sesama intelektualis mendasarkan bahwa hapuslah asumsi awal yang menyatakan ini sebagai madzhab pokok.

Dalam beberapa runutan pemikiran berikutnya, ia banyak menjelaskan bahwa Ahlussunnah wal Jama’ah lahir dengan sebab bahwa ini adalah pondasi ideologi yang tak bisa ditawar-tawar. Pemahaman ini kemudian dikembalikan dengan watak asli Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah yang memberikan otoritas penuh kepada ulama untuk mempertahankan ilmu dan hak atas menafsirkan agama dari kesembronoan anak muda. Sebuah bangunan pengetahuan yang dibenturkan dengan prinsip berfikir yang tawassuth (Moderat), tawazun (keseimbangan), dan ta’adul (keadilan) yang menjadi pembuka wacana inteletualitas ditubuh NU.

Satu kesimpulan awal yang diambil dari pemaparan diatas adalah para ulama merasa jijik dengan pembaharuan yang berefek pada pengutak-atikan ideologi yang diajarkan sebagai pondasi awal di pesantren berbasis NU. Jika dilakukan hal demikian, hancurlah pondasi yang selama ini dibangun, selain pengkultusan yang juga akan hilang begitu saja, sebuah penghormatan tinggi kepada kiai.

Berkembangnya dugaan bahwa ini terjadi karena tradisi Islam yang ada juga masih menimbulkan pertanyaan, karena Islam bukan lahir di Indonesia tetapi tersebar sampai ke negara ini. Maka, kemudian yang terjadi adalah bahwa Islam mengelaborasikan diri terhadap tradisi bangsa ini dengan meng-Islam-kan beberapa diantaranya. Persinggungan inipun menjadi sebuah masalah, bukan hanya karena belum berhasilnya menghilangkan rasa ketradisian yang asli, tetapi juga pada sebuah pertanyaan apakah sebuah tradisi Islam yang ada adalah tradisi asli dari bangsa Arab? atau jangan-jangan sudah terakulturasi dengan budaya Gujarat?. Hal ini menjadi sebuah pemikiran serius tersendiri dalam mencapai sebuah kebenaran.

Lebih lanjut, konstruksi pemikiran yang ada sejatinya haruslah dihapuskan jika memang mau membahas konsep Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah dengan lebih komprehensip. Kalau tidak, yang ada adalah stempelisasi. Pemurtadan terhadap ideologi yang ada, karena mengutak-atik yang dianggap tak akan bersalah dan tak dapat disalahkan. Pemahaman yang sejati tentang makna Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah dan perdebatannya memang diakui haruslah dimulai dari sebuah asumsi bahwa ia adalah sebuah Manhaj al-Fikr (metode berpikir), bukan madzab yang berkarakteristik sebagaimana di atas.



Rabu, 18 Februari 2009

PMII KAPUAS PERLU KADERISASI

Posted by Alumni STAI Kapuas 06.06, under | No comments

Berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) bukan dalam waktu yang ditentukan, akan tetapi PMII berdiri untuk waktu yang berkelanjutan. Kalau dilihat dari umur, PMII menjadi organisasi sudah sangat dewasa, namun kedewasaan yang kini dirasa baik pendiri, alumni dan bahkan kadernya sendiri belum benar-benar mencerminkan sebagai organisasi pengkaderan yang memiliki arah jelas terhadap perjuangan Bangsa. Hal ini dapat dilihat dari minimnya warga PMII yang mampu berbicara pada panggung-panggung politik kebijakan pemerintah. Ini merupakan imbas dari pendistribusian kader yang tidak jelas. Kalaupun harus ditanyakan kepada setiap individu yang menyandang sebutan warga pergerakan tentu tidak sedikit yang akan menghindar dari kenyataan ini dan tak jarang justeru malah saling menyalahkan.

PMII sebagai organisasi pengkaderan, memiliki atur cara pengkaderan yang sudah sangat baik mulai dari MAPABA, PKD, PKL serta pelatihaan-pelatihan lainnya yang pada intinya memberikan pencerdasan terhadap kader. Hal yang sangat miris pada hari ini khususnya PMII Kabupaten Kapuas, yang secara stuktural sudah memiliki struktur yang sempurna mulai PC, dan Komisariat hingga Rayon, yang seharusnya garis koordinasi ini bisa berjalan dengan baik, tapi sadar atau tidak justeru sebaliknya tidak ada sebuah intruksi yang jelas dari masing-masing tingkatan. Dimana semua masih menggunakan system borongan dan disinilah sering terjadi ketumpangtindihan job discripton. Seharusnya ditiap-tiap level struktural baik PC dan Komisariat serta Rayon tahu dan sadar akan TUPOKSI-nya dan bisa menjalankan sebagai komitmen perjuangan PMII.

Kondisi kader pada saat ini mungkin juga merupakan salah satu imbas dari main comot,egoisme ketua yang ingin menang sendiri dan hal yang sering terjadi dan bahkan dapat dikatakan merupakan kader selalu menjadi masalah klasik disetiap pergantian kepengurusan. Melihat kondisi ini, PMII sebagai organisasi pengkaderan tentunya menjadi analisa kedepan bagaimana PMII mampu memenuhi kebutuhan SDM organisasi yang sesuai dengan amanah dan kebutuhan organisasi. Hal yang memang harus segara dibenahi adalah system pendampingan (kadang terlupakan) terhadap kader sebagaimana tujuan dari pengkaderan di PMII. Jadi tidak serta merta seusai digelar acara pengkaderan lantas kader diterlantarkan, artinya harus ada follow up yang jelas dan berkelanjutan. Setidaknya kader bisa diarahkan menurut potensi yang dimiliki. Sehingga kader tidak merasa dibohongi dan hengkang dari PMII.

Sudah saatnya selaku kader pergerakan kita mulai menata kembali Renstra gerakan sebagaimana tuntutan jaman yang semakin tidak mengenal lawan-kawan dan serba bebas. Agar PMII di Bengkulu tidak terlindas roda perputan dunia. Banyak yang meski kita lakukan baik baik di internal maupun eksternal organisasi masih sangat membutuhkan injeksi baik dari senior atau siapapun yang masih punya kepedulian terhadap PMII. Kita selaku warga PMII jika hari kemarin kita berfikir organisasi asal jalan dan terkesan organisasi hanya sebagai tempat rame-rame dan cari keuntungan serta seremonial kader, oleh karena itu sekarang... dan yang jelas kita meski berbuat yang terbaik untuk membangun PMII Kabupaten Kapuas.

Yahya Al banjari (Ketua Eksternal PMII Kapuas)

Sabtu, 14 Februari 2009

Kerudung Gaul

Posted by Alumni STAI Kapuas 04.01, under | No comments




KERUDUNG GAUL
By : Ar_rasyidi | Desember, 12, 2008
Sejak masuknya Islam sekitar 1300 tahun yang lalu ke Nusantara, kerudung sebagai busana Muslimah yang kini menjadi pemandangan sehari-hari adalah fenomena baru di Indonesia. Busana Muslimah sebagai sebuah gejala kelompok atau gerakan sosial keagamaan baru muncul pada tahun 1980an. Sebelumnya, Muslim perempuan Indonesia hanya mengenal “kerudung kapstok” yaitu busana muslimah tradisional yang populer dipakai di kalangan pesantren, madrasah, majlis taklim dan organisasi-organisasi Islam seperti NU dan Muhammadiyah. Hingga tahun 2006 ini, sosok busana Muslimah Indonesia mengalami beberapa perkembangan yang menarik untuk dicermati dari aspek model, bentuk dan ruhnya.
Kerudung Kapstok

Hingga akhir tahun 1970an, model busana Muslimah Indonesia adalah kerudung kapstok yang hanya cukup mengait di kepala, bahannya kain tipis sementara sebagian rambut, leher dan bagian atas dada terbuka. Pakaian kebawahnya adalah kebaya dan pemakainya adalah ibu-ibu. Model ini tidak mentradisi di kalangan gadis dan remaja. Model kapstok ini khas pakaian para perempuan di lingkungan pendidikan dan organisasi Islam seperti pesantren, madrasah, majlis-majils taklim dan ormas-ormas Islam perempuan seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Al-Isryad, Persatuan Islam dan lain-lain. Yang pupoler di luar lingkungan itu adalah rok pendek dan tanpa kerudung sebagai pakaian umum ala Barat.

Kerudung Ideologis

Memasuki tahun 1980an, wajah busana perempuan Muslim berubah total. Busana Muslimah mengalami perubahan bentuk dan model. Perintisnya adalah para perempuan aktivis Islam di perkotaan, mahasiswi, dan para pelajar. Cukup mengejutkan, secara tiba-tiba, di awal tahun 1980an, berbagai kelompok perempuan pelajar dan mahasiswa di perkotaan mengenakan busana Muslimah dengan kerudung yang tertutup rapi dengan rambut sama sekali tidak kelihatan. Lebih dari itu, generasi baru ini bangga menenteng Al-Qur’an di bis kota, di sekolah dan kampus-kampus, di mall-mall, bioskop dan tempat hiburan dan tempat-tempat umum lainnya. Bila sebelumnya pakaian kerudung identik dengan tradisionalisme, kultur desa dan santri yang terbelakang, tetapi pada tahun 1980an pemakainya adalah para pelajar dan mahasiswa dan berbaur akrab memenuhi simbol-simbol modernitas: mall-mall, departemen store dan bioskop. Darimana datangnya “spesies baru” ini?
Revolusi Islam Iran tahun 1979 adalah pemicunya. Sejak itulah booming busana Muslimah meledak di Indonesia. Revolusi Iran berdampak sangat kuat terhadap kalangan terpelajar Islam di perkotaan. Umat Islam selama ini merasakan bahwa mereka berada dalam hegemoni (dominasi politik dan kebudayaan) Barat. Kebangkitan Islam dan suksesnya revolusi Islam Iran, menjadi pendorong psikologis yang besar yaitu terbentuknya harga diri, rasa hormat, kebanggaan dan identitas baru. Para perempuan Muslim di Indonesia dan Malaysia, terutama para mahasiswa aktifis kampus seperti dikejutkan dan disadarkan oleh wanita-wanita Iran. Betapa membanggakannya wajah-wajah perempuan Iran yang cantik-cantik tapi membungkus tubuhnya dengan busana Muslimah yang tertutup rapat, tetapi menenteng senjata dan berhasil mengusir dominasi dan pengaruh Amerika Serikat dari negaranya. Jilbab atau busana Muslimah di Barat dipandang sebagai simbol represi, ketertinggalan dan konservatisme kaum perempuan, tetapi jutaan wanita Iran mengenakannya dengan penuh kebanggaan. Setelah revolusi, penampilan para wanita Iran secara terus-menerus di shoot media Barat dan ini memberikan dampak yang sangat besar dalam revolusi busana Muslimah.
Walaupun, tentu saja, faktor revolusi Iran ini bukan faktor satu-satunya atas maraknya fenomena busana Muslimah di Indonesia tahun 1980an, tetapi tidak bisa dihindari telah menjadi suntikan kuat bagi peneguhan harga diri, percaya diri dan identitas baru perempuan Islam Indonesia. Pasca revolusi, gambar-gambar perempuan Iran yang berkerudung cantik-cantik menghipnotis kaum perempuan dan para pelajar Islam Indonesia. Revolusi Islam Iran menjadi fasilitator munculnya model kerudung baru yang lebih sesuai dengan syariat Islam. Berawal dari masjid Salman ITB kemudian semarak di kalangan pelajar, mahasiswa dan aktifis Islam di Bandung dan kemudian melalui jaringan masjid kampus menyebar ke berbagai kota seluruh Indonesia tahun 1990an. Ada empat hal yang melekat dengan model busana Muslimah sebagai ciri khas era ini: Pertama, pemakaiannya memenuhi kriteria norma Islam. Kedua, pemakaiannya didasari kesadaran beragama. Mereka yang tergerak hatinya memakai busana Muslimah pada tahun-tahun tersebut karena didorong oleh kesadaran beragama yaitu perasaan ingin lebih shaleh dan beragama secara benar. Islamisasi busana sangat ekstensif pada periode itu dalam konteks era kebangkitan Islam di Indonesia.Ketiga, kemunculannya merupakan gelombang perlawanan kultural terhadap hegemoni asing, dan dengan demikian, keempat, bersifat ideologis.
Kerudung Kelas Menengah

Memasuki tahun 1990an fenomena busana Muslimah menyebar semakin luas lagi. Pada periode ini, busana Muslimah masuk ke berbagai kelompok politik, pengusaha, artis selebritis, seniman, kantor-kantor pemerintah dan swasta, lembaga politik, kaum profesional dan lainnya. Pada periode ini, busana Muslimah menjadi identitas kelas menengah, sebuah kelas sosial yang mengalami kemakmuran ekonomi. Bila tahun 1970an, pemakai busana kerudung adalah ibu-ibu pengajian di desa-desa, pesantren dan sangat bernuansa tradisional, tahun 1990an kita menyaksikan kerudung dipakai oleh perempuan berkelas dengan mengendarai mobil mewah, dipakai oleh pengusaha, artis selebritis, pejabat negara, kaum profesional, aktifis sosial politik dan seterusnya. Pada dekade ini pula bermunculan para perintis parancang busana Muslimah berkelas bermunculan seperti Anne Rufaidah, Ida Royani, Ida Leman, Dewi Motik Pramono, Neno Warisman dan lain-lain. Butik-butik mahal pun bermunculan seperti Shafira di Bandung dan Yayasan Karima di Jakarta dengan harga ratusan hingga jutaan rupiah. Mereka ini membentuk lingkungan simbolik baru sebagai kelas menengah Muslim. Tahun 1990an, Islam mengalami mobilisasi citra dari tradisional desawi ke modern perkotaan.

Kerudung Gaul

Dekade tahun 2000an, pemakaian busana kerudung hampir merata di seluruh Indonesia. Belakangan ini, sangat mudah menemukan perempuan berkerudung di berbagai tempat umum. Semudah melihat mobil, dimana-mana ada. Perempuan berkerudung mudah ditemukan di stasiun, terminal, bioskop, tempat hiburan, lapangan olah raga, mall-mall, lembaga politik, kampus, tempat kerja, kantor-kantor, kelompok arisan, pasar dan bahkan –ini yang paling menarik– di kolam renang. Sebuah pemandangan sosial yang tidak terbayangkan pada tahun 1980an. Bila periode 1980an adalah periode perintisan, periode 1990an adalah periode peneguhan dan perluasan, maka periode 2000 kesini adalah periode kultural. Pasca tahun 2000, kerudung sudah menjadi kultur masyarakat Muslim Indonesia.
Konsukuensinya, ketika sebuah fenomena berubah menjadi tradisi atau kultur, lunturlah nilai dan esensinya yang sebelumnya melekat menafasi konteks kemunculan gejala tersebut. Dalam kultur, orang melakukan sesuatu karena lingkungan, kebiasaan dan norma sosial. Ketika kerudung menjadi kultur yang ditampilkan mayoritas masyarakat, ciri semangat keagamaan yang sebelumnya mengikat kelompok menjadi pudar. Motivasi agama bercampur dengan motivasi lingkungan dalam masyarakat. Di sisi lain, tren globalisasi menelikung kuat seluruh lapisan masyarakat. Sebagai lapisan usia yang sedang mencari identitas, remaja adalah kelompok yang paling mudah terpengaruh tren tersebut tak terkecuali remaja-remaja Muslim yang hidup dalam lingkungan nilai-nilai keislaman. Dari lapisan sosial remaja inilah muncul sebuah tren baru gaya berkerudung yang sangat khas dan tidak ada presedennya: kerudung gaul!!
Kerudung gaul adalah model yang mengawinkan dua gejala: keagamaan di satu sisi dan tren sosial global di sisi lain. Sebagai perempuan Islam, mereka ingin memakai busana Muslimah di satu sisi, tetapi ingin tampil seksi dan menarik di sisi lain. “Seksi” dan “menarik” ini adalah pengaruh kultur Barat, konteksnya adalah pameran diri (show-off, exhibitionism) untuk konsumsi publik laki-laki dan pasar ekonomi. Dalam Islam, sebagai makhluk yang dihargai, perempuan dilarang keras berpamer-pamer seperti itu. Yang ada justru perintah menjaga dan menutup diri agar terhormat (banyak hadits yang mengutuk perempuan yang memakai baju tipis, ketat atau membuka aurat di depan umum dsb). Tapi, karena perempuan-perempuan muda hidup di kota-kota besar dalam lingkungan kultur global yang sangat westernized, sementara pendidikan agamanya kurang, maka “seksi” dan “menarik” tetap menjadi pilihan banyak perempuan muda. Seksi dan menarik adalah ikon-ikon kecantikan sekuler yang selama ini membentuk cara berfikir para wanita muda dan remaja. Maka lihatlah, kita menyaksikan sebuah “spesies baru” generasi perempuan Islam yang “berbusana Muslimah” sangat khas: ketat mencetak badan, lekuk-lekuk tubuh ditonjolkan, perut dan pinggang dipamerkan, kadang-kadang (maaf!) celana dalam bagian belakang kelihatan sementara kepalanya terbungkus kerudung. Model “busana Muslimah” generasi ini persis seperti disinyalir dalam hadits Nabi: “berpakaian tetapi telanjang!” Kaum pria yang matanya kreatif, jangan khawatir, Anda masih berpeluang menikmati kepuasan birahi dari kelompok perempuan berkerudung seperti ini.
Belakangan busana Muslimah kultural juga menjadi sangat populer di kalangan ibu-ibu. Tanpa disadari, di berbagai masyarakat, ibu-ibu memakai busana Muslimah sebagai pakaian formal untuk berbagai acara: pertemuan-pertemuan resmi, perkumpulan, arisan, pertemuan PKK dan Darma Wanita, acara sosial kemasyarakat, acara keagamaan, bahkan untuk tampil dalam panggung kesenian dan berjoget dangdut dalam acara Agustusan. Inilah kerudung gaul ibu-ibu!! Begitu populernya, sering ibu-ibu merasa malu dan tidak percaya diri bila tidak mengenakan kerudung dalam acara-acar diluar rumah karena mayoritas lingkungannya memakainya. Dalam berbagai acara seperti rapat, pelatihan, pertemuan resmi dan tidak resmi, sungguh unik dan menarik, kerudung sudah menjadi “the unwritten agreement” (kesepakatan tidak tertulis). Dalam sebuah acara pelatihan guru-guru se-Kota Cilegon Banten yang dihadiri oleh 150 peserta, pada bulan Oktober yang lalu, penulis mengamati tak seorang pun dari sekitar 120 peserta perempuan yang tidak mengenakan kerudung. Lucu, karena selain suasana seperti pengajian, pelatihan tersebut dibiayai oleh lembaga donor Amerika Serikat yaitu USAID yang di mata masyarakat Indonesia, citra Amerika sangat buruk karena dianggap memusuhi Islam.
Diluar “kerudung kesadaran,” banyak ibu-ibu belakangan ini menganggap bahwa memakai kerudung adalah sebuah bentuk gaul! Dengan demikian, desakralisasi kedurung tidak hanya ditampilkan oleh kalangan remaja yang mencari identitas tetapi juga oleh ibu-ibu gaul!! Kerudung gaul ibu-ibu ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Dipakai bukan atas dasar kesadaran agama melainkan pengaruh lingkungan (tren sosial dan mode),
2. Dipakai dalam acara-acara pertemuan tetapi ditanggalkan dalam penampilan sehari-hari. Dalam menghadiri acara-acara resmi atau pertemuan mereka rapih berkerudung, tapi dalam penampilan sehari-harinya kembali seadanya bahkan seksi,
3. Tanpa ruh dan sakralitas karena mereka juga memakainya untuk berjoget dalam acara-acara kesenian dan panggung hiburan di lingkungannya (masyarakat, sekolah dan tempat kerja). Media massa menyumbang pengaruh besar dalam pembentukan kultur kerudung gaul ini melalui acara-acara busana dan penampilan para artis. Pengaruh media pada pembentukan kultur kerudung gaul ini adalah yang diekspos media lebih pada penampilan lahiriahnya yaitu mode dan kecantikan, bukan sentuhan hati yaitu kesadaran untuk menutup aurat seterusnya sebagai sebuah kesadaran beragama.


Refleksi

Kita boleh bersyukur atas fenomena kerudung yang sangat semarak dan sudah membudaya. Apapun, fenomena kerudung menunjukkan semakin meluasnya pengaruh nilai-nilai Islam dalam berbusana. Busana muslimah sudah menjadi pilihan mayoritas perempuan Muslim Indonesia. Tetapi, kita juga belum bisa berkesimpulan bahwa semarak kerudung berarti semakin relijiusnya perempuan Indonesia. Berkat dakwah yang semakin ekstensif, kesadaran agama di satu sisi memang terjadi peningkatan, tetapi tidak bisa diukur oleh semaraknya kerudung. Persoalannya, banyak gadis remaja dan ibu-ibu memakainya karena tren lingkungan dan pergaulan sehingga sering tidak match antara simbol pakaian dengan sikap dan perilaku sehari-hari. Kita bersyukur kerudung semakin membudaya tapi juga kita tersenyum simpul melihatnya lucunya kerudung gaul. Yang belum berkerudung, gaul doong…!!

Rabu, 11 Februari 2009

Posted by Alumni STAI Kapuas 15.08, under | No comments


langsungan aja kalo mau caranya gene :

1. siapin lagu kamu ( mp3 kamu ) untuk di upload nantinya
( dah tau carane u[load kan kalo blm tau kamu harus baca tutor ku sebelume to , biar ngerti )
2. buka situs ini myflashfetish
3. langsung meluncur ke menu yg paling atas tulisanya MP3 Paylist
4. pilih model player kesukanmu
5. atur warnanya atur background nya sesuka mu di bagian CUSTOMIZE YOUR DESIGN
6. kalo dah di pojok kanan bawah ada tulisan upload kan di bagian ADD SONG itu lho....
7. kasih url lagu kamu yg dah di upload tadi dan title nya
8. ya dah to ambil aja codenya di SAVE(GET HTML)
9. kalo belum register / daftar setelah klik SAVE(GET HTML) kamu disuruh daftar . pasti
ikutin aja ampe selese
10. kalo dah ya get code ne to... harapmaklum ya tulisan get codenya kecil
cari aja ya sendiri...

kalodah dapet codenya :
1. loginblog mu
2. masuk ke menu layout
3. add GADGET
4. cari bagian javascript/HTML
5. masukindisitu kodenya
6, save aja

Senin, 09 Februari 2009

Jalan Kaki bisa Taklukkan 9 penyakit!

Posted by Alumni STAI Kapuas 06.55, under | No comments

STUDI dalam beberapa tahun terakhir semakin mengukuhkan bahwa berjalan tergopoh-gopoh dan bukan jalan santai memang memberi banyak manfaat bagi kesehatan kita. Inilah sembilan manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas jalan kaki.


(1) Serangan Jantung.
Pertama-tama tentu menekan risiko serangan jantung. Kita tahu otot jantung membutuhkan aliran darah lebih deras (dari pembuluh koroner yang memberinya makan) agar bugar dan berfungsi normal memompakan darah tanpa henti. Untuk itu, otot jantung membutuhkan aliran darah yang lebih deras dan lancar. Berjalan kaki tergopoh-gopoh memperderas aliran darah ke dalam koroner jantung. Dengan demikian kecukupan oksigen otot jantung terpenuhi dan otot jantung terjaga untuk bisa tetap cukup berdegup.

Bukan hanya itu. Kelenturan pembuluh darah arteri tubuh yang terlatih menguncup dan mengembang akan terbantu oleh mengejangnya otot-otot tubuh yang berada di sekitar dinding pembuluh darah sewaktu melakukan kegiatan berjalan kaki tergopoh-gopoh itu. Hasil akhirnya, tekanan darah cenderung menjadi lebih rendah, perlengketan antarsel darah yang bisa berakibat gumpalan bekuan darah penyumbat pembuluh juga akan berkurang.

Lebih dari itu, kolesterol baik (HDL) yang bekerja sebagai spons penyerap kolesterol jahat (LDL) akan meningkat dengan berjalan kaki tergopoh-gopoh. Tidak banyak cara di luar obat yang dapat meningkatkan kadar HDL selain dengan bergerak badan. Berjalan kaki tergopoh-gopoh tercatat mampu menurunkan risiko serangan jantung menjadi tinggal separuhnya.

(2). Stroke.
Kendati manfaat berjalan kaki tergopoh-gopoh terhadap stroke pengaruhnya belum senyata terhadap serangan jantung koroner, beberapa studi menunjukkan hasil yang menggembirakan. Tengok saja bukti alami nenek-moyang kita yang lebih banyak melakukan kegiatan berjalan kaki setiap hari, kasus stroke zaman dulu tidak sebanyak sekarang. Salah satu studi terhadap 70 ribu perawat (Harvard School of Public Health) yang dalam bekerja tercatat melakukan kegiatan berjalan kaki sebanyak 20 jam dalam seminggu, risiko mereka terserang stroke menurun duapertiga.


(3). Berat badan stabil.
Ternyata dengan membiasakan berjalan kaki rutin, laju metabolisme tubuh ditingkatkan. Selain sejumlah kalori terbuang oleh aktivitas berjalan kaki, kelebihan kalori yang mungkin ada akan terbakar oleh meningkatnya metabolisme tubuh, sehingga kenaikan berat badan tidak terjadi.

(4). Menurunkan berat badan.
Ya, selain berat badan dipertahankan stabil, mereka yang mulai kelebihan berat badan, bisa diturunkan dengan melakukan kegiatan berjalan kaki tergopoh-gopoh itu secara rutin. Kelebihan gajih di bawah kulit akan dibakar bila rajin melakukan kegiatan berjalan kaki cukup laju paling kurang satu jam.

(5). Mencegah kencing manis.
Ya, dengan membiasakan berjalan kaki melaju sekitar 6 km per jam, waktu tempuh sekitar 50 menit, ternyata dapat menunda atau mencegah berkembangnya diabetes Tipe 2, khususnya pada mereka yang bertubuh gemuk
Sebagaimana kita tahu bahwa kasus diabetes yang bisa diatasi tanpa perlu minum obat, bisa dilakukan dengan memilih gerak badan rutin berkala. Selama gula darah bisa terkontrol hanya dengan cara bergerak badan (brisk walking), obat tidak diperlukan. Itu berarti bahwa berjalan kaki tergopoh-gopoh sama manfaatnya dengan obat antidiabetes.

(6). Mencegah osteoporosis.
Betul. Dengan gerak badan dan berjalan kaki cepat, bukan saja otot-otot badan yang diperkokoh, melainkan tulang-belulang juga. Untuk metabolisme kalsium, bergerak badan diperlukan juga, selain butuh paparan cahaya matahari pagi. Tak cukup ekstra kalsium dan vitamin D saja untuk mencegah atau memperlambat proses osteoporosis. Tubuh juga membutuhkan gerak badan dan memerlukan waktu paling kurang 15 menit terpapar matahari pagi agar terbebas dari ancaman osteoporosis.

Mereka yang melakukan gerak badan sejak muda, dan cukup mengonsumsi kalsium, sampai usia 70 tahun diperkirakan masih bisa terbebas dari ancaman pengeroposan tulang.

(7). Meredakan encok lutut.
Lebih sepertiga orang usia lanjut di Amerika mengalami encok lutut (osteoarthiris) . Dengan membiasakan diri berjalan kaki cepat atau memilih berjalan di dalam kolam renang, keluhan nyeri encok lutut bisa mereda. Untuk mereka yang mengidap encok lutut, kegiatan berjalan kaki perlu dilakukan berselang-seling, tidak setiap hari. Tujuannya untuk memberi kesempatan kepada sendi untuk memulihkan diri.

Satu hal yang perlu diingat bagi pengidap encok tungkai atau kaki: jangan keliru memilih sepatu olahraga. Kita tahu, dengan semakin bertambahnya usia, ruang sendi semakin sempit, lapisan rawan sendi kian menipis, dan cairan ruang sendi sudah susut. Kondisi sendi yang sudah seperti itu perlu dijaga dan dilindungi agar tidak mengalami goncangan yang berat oleh beban bobot tubuh, terlebih pada yang gemuk.

Bila bantalan (sol) sepatu olahraganya kurang empuk, sepatu gagal berperan sebagai peredam goncangan (shock absorber). Itu berarti sendi tetap mengalami beban goncangan berat selama berjalan, apalagi bila berlari atau melompat. Hal ini yang memperburuk kondisi sendi, lalu mencetuskan serangan nyeri sendi atau menimbulkan penyakit sendi pada mereka yang berisiko terkena gangguan sendi.

Munculnya nyeri sendi sehabis melakukan kegiatan berjalan kaki, bisa jadi lantaran keliru memilih jenis sepatu olahraga. Sepatu bermerek menentukan kualitas bantalannya, selain kesesuaian anatomi kaki. Kebiasaan berjalan kaki tanpa alas kaki, bahkan di dalam rumah sekalipun, bisa memperburuk kondisi sendi-sendi tungkai dan kaki, akibat beban dan goncangan yang harus dipikul oleh sendi.

(8) Depresi.
Ternyata bergerak badan dengan berjalan kaki cepat juga membantu pasien dengan status depresi. Berjalan kaki tergopoh-gopoh bisa menggantikan obat antidepresan yang harus diminum rutin. Studi ihwal terbebas dari depresi dengan berjalan kaki sudah dikerjakan lebih 10 tahun.

(9). Kanker.
Juga dapat dibatalkan muncul bila kita rajin berjalan kaki, setidaknya jenis kanker usus besar (colorectal carcinoma). Kita tahu, bergerak badan ikut melancarkan peristaltik usus, sehingga buang air besar lebih tertib. Kanker usus dicetuskan pula oleh tertahannya tinja lebih lama di saluran pencernaan. Studi lain juga menyebutkan peran berjalan kaki terhadap kemungkinan penurunan risiko terkena kanker payudara.




Jumat, 06 Februari 2009

Rahasia Sang Benalu

Posted by Alumni STAI Kapuas 06.20, under | No comments

Benalu memang tak tahu malu! Sudah “ngontrak” gratis, masih tega menyedot makanan si “pemilik rumah”, sampai-sampai inangnya gering. Untungnya, benalu cukup andal mengobati beragam penyakit manusia, termasuk kanker. Kalau tidak, …! Ya, kalau tidak, benalu tentu akan terus-menerus jadi tumbuhan terkutuk, di dunia maupun akhirat. Sebab, seumur-umur ia akan dikenang sebagai tanaman yang kerjanya melulu bikin repot jagad manusia dan jagad flora, tak tahu diri, pagar makan tanaman, dan sejuta sumpah serapah lainnya.


Sebelum lebih jauh membahas “sesuatu” yang dimiliki benalu, mari kita berkenalan dulu dengan keluarga besarnya. Meski nama benalu sudah tak asing lagi, apalagi sering dipropagandakan di buku-buku pelajaran sekolah sebagai tumbuhan berstereotipe negatif, kenyataannya tak semua orang (terlebih mereka yang tinggal di kota-kota besar) akrab dengan tanaman “pengganggu” ini.

Biji peluru senapan

Aslinya, benalu dikenal sebagai penggemar tumbuhan perdu. Di situ ia biasa membentuk miliu (lingkungan sekitar) yang memberikan kesan rimbun, tidak teratur, dan kurang terawat.

Untuk memergoki benalu tak sulit. Anda bisa menemukannya di sekitar hutan, tepi jalan, kebun, bahkan tegalan. Tanaman ini berkembang biak dengan cara generatif dan vegetatif (cara pertama, lewat penyebaran biji, dianggap lebih baik dibandingkan dengan cara kedua).

Dalam Flora Malesiana vol. 13 (1997) ditegaskan, ada dua kelompok besar benalu, yakni dari keluarga Loranthaceae dan Viscaceae. Famili Loranthaceae punya 23 marga (dengan 200 jenis tanaman), di antaranya marga Dendrophthoe (21 jenis) dan marga Scurrula (8 jenis). Sedangkan Viscaceae punya empat marga (26 jenis).

Begitu banyaknya jenis benalu, dalam tulisan ini akan diilustrasikan beberapa jenis saja. Dendrophthoe pertandra (L) Miq., misalnya, pertumbuhan akarnya intensif menjalar pada inang, acap kali tumpang tindih. Warna akarnya kecokelatan, dan bila menyerap air, akan berubah warnanya menjadi kehijauan dengan pelekat kuat. Batangnya tegak, agak panjang, bulat, rapuh, berwarna kusam.

Benalu satu ini banyak cabangnya yang panjang-panjang dan membentuk banyak ranting dengan ruas tua membesar. Daunnya berbentuk lanset, elips atau bulat panjang, kaku, rapuh, warnanya hijau muda sampai hijau tua. Bunga kecilnya berbentuk bokor, ramping, dengan mahkota berkelir kuning, merah atau oranye dalam tandan di ketiak yang masih menempel atau sudah gugur.

Sementara buahnya mirip buni, sewaktu muda berwarna hijau, tapi setelah tua berubah jadi kuning. Bijinya sebesar biji pepaya, bentuknya seperti peluru senapan angin, terdiri atas dua bagian, yaitu lembaga berwarna hijau dan bagian lain berwarna putih, diliputi oleh gelatin. Jenis ini biasanya diberi nama sesuai nama inang yang diparasitinya, seperti benalu teh, benalu mangga, benalu soka, dan lain-lain.

Pertumbuhan benalu jenis ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan hara yang dapat dimanfaatkan dari tanaman inangnya, karena ia memiliki haustoria (akar isap). Akar isap inilah yang menusuk masuk ke dalam jaringan induk semangnya untuk mengisap hara, garam mineral, serta airnya. Ia juga memiliki hijau daun, sehingga dapat berasimilasi, membentuk karbohidrat untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

Sebaliknya, benalu marga Viscum tidak membentuk haustoria di luar tanaman inang, tetapi pertumbuhannya ke dalam, mengisap sari makanan dari benalu yang ditumpanginya, seperti Viscum articulatum yang menumpang pada Dendrophthoe pentandra. Jenis lainnya, Viscum articulatum Burm. F, akarnya tidak tampak dari luar. Batangnya bulat, tegak, rapuh, berwarna hijau tua. Daunnya pipih, pendek, berwarna hijau. Pada pertumbuhan selanjutnya, daun akan menjadi ranting. Bijinya bergerombol pada tiap ruas cabang, ranting atau daun, bentuknya kecil dan warnanya putih seperti kapas. Buahnya bulat kecil, bila telah tua sebesar merica, berwarna hijau keputih-putihan. Bijinya pun kecil, pipih, warna hijau, berflagela pendek dilapisi sedikit gelatin. Jenis ini sering digunakan sebagai obat untuk meredakan kejang, peluruh kencing (diuretik), antiwasir, penguat jaringan tubuh, dan antihipertensi.

Sejak abad ke-18

Sebagai obat tradisional, masyarakat di berbagai negara sebenarnya sudah lama memanfaatkan benalu untuk menyembuhkan beragam penyakit. Seperti bisa dibaca dari naskah lawas, “Journal of the Asiatic Society of Bengal” (1887), keberadaan dan khasiat benalu ternyata sudah dikenal luas oleh orang Indonesia sejak lama, khususnya di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan.

Faktanya, catatan-catatan etnobotani menunjukkan, di Jawa pada tahun 1968 benalu sudah digunakan sebagai obat penyakit cacar air, cacar api, diare, cacing tambang, tumor, dan kanker. Pada 1978 penelitian etnobotani juga memberitakan, benalu teh kering yang direbus airnya dapat diminum untuk menyembuhkan penyakit kanker rahim dan jenis kanker lainnya. Sedangkan pada tahun 1980, giliran benalu sawo yang dipercaya dapat menyembuhkan tumor payudara.

Lalu pada 1983 ditemukan fakta bahwa benalu jeruk nipis, benalu beringin, dan benalu teh dengan ramuan tertentu dapat menghalau tumor. Setahun kemudian, penelitian etnobotani sekali lagi menemukan fakta di lapangan, air hasil rebusan benalu dan daun tapak dara (Catharanthus roseus), jika diminum, ternyata dapat mengobati kanker.

Tahun 1995, penulis sempat mengunjungi Desa Gentasari, Kroya, Cilacap, untuk mengamati maraknya penggunaan benalu sebagai ramuan jamu di daerah itu. Dari hasil pengamatan itu, penulis sempat menemukan seorang penderita kanker usus yang berhasil sembuh dari penyakitnya, setelah meminum rebusan benalu mangga.

Tak hanya manjur di Indonesia, khasiat benalu juga dipercaya oleh masyakat Malaysia, Filipina, dan Papua Nugini. Di negara-negara itu, benalu juga dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Di Indocina, daun benalu Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. sering diramu dengan teh, lalu diminum sebagai obat flu. Sedangkan larutan daun benalu Scurrula ghracififolia digunakan untuk mengobati rematik, bisul-bisul, serta memperkuat pertumbuhan gigi dan rambut. Jenis benalu lainnya, Viscum articulatum Burm. F direbus dan diminum dua kali sehari untuk mengobati bronkitis. Di Cina semua bagian dari benalu Scurrula parasitica, yang sudah dikeringkan, digunakan untuk memperkuat ginjal, menenangkan uterus sewaktu hamil, menguatkan tulang, mengurangi pembengkakan, menghilangkan rasa sakit punggung maupun lutut, serta menurunkan tekanan darah tinggi.

Orang Cina juga memanfaatkan benalu untuk pengobatan kelainan hati dan merangsang pertumbuhan rambut. Sedangkan Viscum articulatum dipercaya membantu mengatasi kelainan hati dan penyakit TBC (tuberkulosis).

Apa sebenarnya rahasia benalu, sehingga banyak dimanfaatkan orang sebagai obat beragam penyakit?

Menurut Richter dalam Phytochemistry No. 31 (1992), benalu Loranthaceae dan Viscaceae mengandung banyak flavonoid, seperti chalcones, flavanones, c-glycoflavonols dan flavan-3-ols. Flavonoid sendiri berfungsi sebagai pelindung si benalu dari kerusakan yang disebabkan oleh pengaruh sinar ultraviolet dan bertanggung jawab pada warna bunga, buah, dan daun.

Dalam ilmu farmasi, flavaoid dikenal sebagai senyawa antiradang, antioksidan, pereda sakit (analgesik), antivirus, anti-HIV, mencegah keracunan hati, antikelebihan lemak, merangsang kekebalan tubuh, sebagai vasodilator (memperlancar aliran darah), mencegah penggumpalan darah, antialergi, dan antikanker.

Keberadaan flavanoid itu didukung oleh zat-zat lain yang juga terdapat pada benalu, seperti proline, hydroproline, myo-inositol, dan chiroinosotils. Sementara benalu famili Loranthaceae diyakini banyak mengandung tanin. Senyawa ini terdapat pada tanaman benalu, berkat hasil kerja sama asam gallic dengan catechin, yang menyebabkan padatnya kadar tanin pada daun dan tangkai batang. Dalam ilmu farmasi, tanin kerap digunakan sebagai obat diare, penawar racun, antivirus, antikanker, dan anti-HIV.

Di balik dosa besarnya pada tumbuhan lain, benalu ternyata berpotensi menjadi bahan penyembuh luar biasa. Seperti manusia, benalu juga punya sisi baik dan sisi buruk!

Jangan Lebih 10 Gram

Pil atau kapsul bikinan pabrik yang dibuat khusus untuk manusia saja ada aturan pakainya. Apalagi yang namanya obat tradisional semacam benalu.

Zaman dulu - sekarang pun masih sering dipraktikkan di desa-desa - ramuan benalu biasanya ditempatkan, direbus, atau diolah di dalam wadah yang terbuat dari tanah liat, semisal kendi.

Penggunaan tanah liat itu dimaksudkan untuk menetralkan racun yang ada pada benalu. Dengan kata lain, pemanfaatan tumbuhan benalu memang tidak sembarangan, dan tidak semudah seperti memanfaatkan herbal-herbal penyembuh lainnya. Ramuan benalu juga bisa diseduh beberapa kali (minimal dua kali), karena khasiat benalu tak mudah hilang hanya dengan sekali seduh.

Namun disarankan, dosis seduhan itu antara 5 - 10 g saja. Jangan sampai melebihi 10 g. Untuk mendapatkan penjelasan yang lebih meyakinkan, silakan bertanya pada ahli etnobotani atau ahli fitokimia terdekat di kota Anda. Anda yang bertempat tinggal di Jakarta, misalnya, bisa menghubungi Puslitbang Botani LIPI, di Bogor, Jawa Barat.